Oh iya, aku sekarang mau kasih kalian fanfiction Hyoyeon lagi. Horeeee!!! Jangan bosen-bosen buat baca yaa, sabar dulu. Aku sebenernya berniat untuk buat fanfiction ChaeKi couple, tapi susah banget cari jalan cerita buat kisaran umur se-mereka. Jadi untuk saat ini kalau aku buat fanfiction tolong diterima dengan lpang dada dulu yaa siapa pun cast nya, dibaca aja, dijamin ceritanya nggak nyambung and bosenin #kokgitu? #authorgadungan? Ya enggak laahh.. gak mungkin aku bilang karya ku sendiri kayak gitu. Yaa pokok nya dimohon keikhlasannya untuk membaca karya atau postingan-postingan ku disini. OK!
Tears of Hearts
Cast :
Hyoyeon | Luhan | Sehun
Pairing :
HyoHan, HyoHun
Genre : Sad
Romance
Rating : G
Leght :
Oneshoot
Descripsi
Bagaimana rasanya kehilangan orang yang sangat kau
cintai?
Bahkan saat
kau melukainya pun dia masih mencintaimu setulus hati.
Kau
menyesal? Kau merindukannya?
Foreward
“Aku mencintaimu Hyo. Kumohon kembalilah. Maafkan aku
Hyo!” - Luhan -
Luhan POV
Angin
berhembus menerpa wajahku dengan lembut. Desiran ombak kecil mengiringi senja
berwarna jingga saat ini. Di sini, aku duduk dalam diam menatap sang surya yang
perlahan bersembunyi. Aku jadi ingat waktu dulu..
Flashback on
13 April 2014
Luhan menatap
seorang wanita yang dicintainya sedang berjalan sambil sesekali bermain air
laut yang ada di bibir pantai. Wanita dengan rambut blonde nya dengan riang
berjalan sambil sedikit melompat menikmati perjalanan kencan kali ini.
“Hyoyeon!”
panggil Luhan kepada Hyoyeon. Wanita yang dicintainya
“Eoh?”
jawab Hyoyeon menghadap kearah Luhan yang berjalan kearahnya. Dengan lembut
tangan Luhan mengusap pipinya sambil tersenyum menatap mata Hyoyeon.
“Aku
mencintaimu Hyoyeon.” Ucap Luhan menatap lekat ke mata Hyoyeon. Untuk sesaat
mereka saling memandang sampai tiba-tiba mata Hyoyeon berkaca-kaca. Hyoyeon
berusaha untuk tidak menangis tapi tidak bisa. Air matanya pun tumpah. Melihat
itu, Luhan langsung cemas.
“Wae?
Apakah kau sakit?” tanya Luhan gelisah. Hyoyeon menggeleng.
“Apakah
ada masalah?” Hyoyeon menggeleng lagi. Akhirnya Luhan memeluk Hyoyeon dengan
erat sambil mencoba menenangkannya. Dalam dekapan Luhan, Hyoyeon menangis
tersedu-sedu sambil sesekali terisak-isak.
Saat
tangisan Hyoyeon reda, Luhan melepaskan pelukannya dan menatap Hyoyeon yang
sedang menunduk.
“Ada
apa Hyo?” tanya Luhan lagi.
“Anio.
Aku baik-baik saja Luhan” jawab Hyoyeon sambil berusaha tersenyum.
“Lalu
kenapa kau menangis?”
“Aku
hanya.. hanya sedang bahagia. Aku bahagia karena kau Luhan. Kau mencintaiku dan
aku juga mencintaimu Lu..” ucap Hyoyeon menatap mata Luhan dengan tatapan
sendu.
Luhan
hanya bisa menghela napas kecil melihat Hyoyeon yang menatapnya sangat dalam.
Tiba-tiba mata Luhan turun kearah bibir Hyoyeon yang tersenyum. Pelan pelan
Luhan mendekatkan wajahnya ke wajah Hyoyeon. Tangan Luhan pun mulai memeluk
pinggang ramping Hyoyeon. Jarak mereka begitu dekat. Wajah mereka pun tinggal
beberapa sentimeter. Hyoyeon hanya bisa diam dan menutup matanya. Kini bibir
mereka saling bertautan. Air mata Hyoyeon jatuh bersamaan dengan ciuman mereka
yang lembut yang disaksikan senja dan ombak. Tetapi Luhan tak mengetahui jika
Hyoyeon sedang menangis.
Flashback off
Itu
adalah ciuman pertama dan terakhir ku dengan Hyoyeon. Aku benar-benar
merindukan saat-saat itu Hyo. Aku merindukanmu. Sangat merindukanmu. Kenapa kau
meninggalkanku sendirian Hyo? Bukankah kau mencintaiku? Lalu kenapa kau
meninggalkanku?
“Kenapa
Hyo..?” ucapku lirih. Air mataku jatuh.
Sehun POV
Kupandangi
gundukan tanah yang ada didepanku saat ini. Kim Hyoyeon. Nama yang tertulis
pada pusara tersebut.
“Aku
masih tak percaya Hyo, kau begitu cepat meninggalkan ku sebelum aku mengatakan
semuanya. Kau curang Hyo.” Lirihku.
Kutaruh
buket bunga lily didepan pusara itu. Kupajamkan mata ku dan kubayangkan Hyoyeon
ada didepan ku sambil tersenyum ceria untukku.
“Aku
merindukan mu Hyoyeon-ah.”
Flashback on
Burung
berkicauan menemani Sehun dan Hyoyeon yang sedang berteduh dibawah pohon
disuatu bukit. Hyoyeon menyandarkan kepalanya ke pundak Sehun sambil
mendengarkan lagu. Sehun sangat menikmati momen ini sambil sesekali terlihat tersenyum
kecil melihat Hyoyeon.
Tiba-tiba
Hyoyeon mengangkat kepalanya dan menghadap Sehun.
“Kurasa
aku sedang menyukai seseorang Sehun.” Kata Hyoyeon sambil tersenyum bahagia.
“Benarkah?
Siapa yang sedang kau sukai Hyo? Aku?” Tanya Sehun sedikit bercanda berharap
Hyoyeon tak mengetahui maksud aslinya.
“Kau
bercanda? Tentu saja aku menyukai Luhan. Aku sudah mengenalnya dengan dekat
hingga sekarang, kupikir Luhan juga menyukaiku. Semoga itu terjadi” Jawab
Hyoyeon membuat Sehun tersenyum getir.
Sehun
hanya bisa diam mendengar orang yang dicintainya mencintai orang lain. Berusaha
tetap tegar dengan mencoba tersenyum menanggapi ucapan Hyoyeon meskipun
menyakitkan baginya. Tiba-tiba Hyoyeon memeluk Sehun dengan sangat erat seperti
tak mau kehilangan sosok Sehun.
“Kenapa
Hyo?” Tanya Sehun bingung dengan sikap Hyoyeon yang tiba-tiba memeluknya. Sehun
membalas pelukan Hyoyeon sambil mengusap-usap punggungnya.
“Aku
sangat menyayangimu Sehun. Kuharap kita selalu bersama seperti ini.”
Kata-kata
Hyoyeon membuat Sehun ingin menumpahkan air mata yang dari tadi ia tahan. Air
mata Sehun pun jatuh perlahan membasahi pipinya. Tangan nya segera mengusap air
matanya sebelum Hyoyeon tau kalau dia menangis. Sehun kembali memeluk Hyoyeon
dengan erat.
“Aku
akan selalu bersamamu Hyo. Aku tak akan meninggalkanmu. Kau pun juga jangan
meninggalkanku.” Kata Sehun terus memeluk Hyoyeon sambil memejamkan matanya
berharap ini semua tak akan berakhir. Sehun merasakan Hyoyeon mengangguk
menanggapi perkataannya. Tanpa Sehun sadari, Hyoyeon menangis perlahan selama
mereka bepelukan.
Flashback off
Kubuka
mataku dan kurasakan air mataku jatuh. Langit terlihat begitu cerah
mengingatkanku dengan senyuman ceria Hyoyeon setiap kali aku bersamanya.
“Aku
mencintaimu Hyoyeon-ah. Bisakah kau kembali bersamaku lagi?” Ucapku pelan.
Author POV
Luhan
berjalan kearah bukit tempat Hyoyeon disemayamkan. Dengan membawa buket bunga
lily putih, dia berjalan dengan pelan bhkan terkadang sambil melamun. Sesampai
ditempat tujuan, Luhan melihat seorang lelaki yang sudah mendahuluinya untuk
berada ditempat Hyoyeon disemayamkan. Dengan sedikit rasa tidak suka, dia
menghampiri Sehun, lelaki yang sudah lebih dulu sampai sebelum Luhan.
“Kau
disini ternyata.” Ucap Luhan yang hanya dibalas dengan lirikan dari Sehun.
Menyadari Luhan datang ketempat yang sama, Sehun sedikit bergeser kebelakang
memberi ruang untuk Luhan yang ingin berdo’a untuk Hyoyeon. Luhan menaruh buket
yang dibawanya tetapi sedikit kaget ada buket yang sama seperti yang dibawanya
di pusara milik Hyoyeon. Luhan tau bahwa buket itu pasti Sehun yang membawa.
Luhan pun melanjutkan dengan berdo’a untuk Hyoyeon. Luhan menarik napas dalam
lalu menutup matanya. Dengan khusuk dia berdo’a didalam hatinya.
“Hyo,
aku merindukan mu. Neo gwencana?. Kuharap kau bahagia disana. Aku kesepian
tanpa mu Hyo. Ingin sekali aku kembali kemasa saat kita bersama. Aku
benar-benar bodoh dengan meninggalkan mu waktu itu. Seharusnya aku mencoba
untuk bersabar mendengar perkataan mu. Maafkan aku Hyoyeon. Aku benar-benar
menyesal. Kumohon kembalilah padaku Hyoyeon-ah.”
Luhan membuka matanya merasakan angin yang berhembus
lembut meniup rambut nya. Dia hanya menatap sendu pusara Hyoyeon. Terlintas
dibenak nya senyuman Hyoyeon yang selalu muncul dalam mimpinya akhir-akhir ini.
“Hyo memang wanita
seperti itu. Dia akan muncul dalam mimpi seseorang yang merindukannya.” Kata
Sehun seperti sudah mengetahui apa yang sedang dipikirkan Luhan.
“Hyoyeon akan muncul
dengan senyuman nya. Mengatakan bahwa dia baik-baik saja dan kita tak perlu
mengkhawatirkannya. Dia benar-benar tak bisa dilupakan.” Lanjut Sehun yang
masih dibelakang Luhan. Luhan hanya diam mendengarkan Sehun berbicara.
“Aku menyesal karena
waktu itu meninggalkan Hyo bersama mu. Seandainya waktu itu aku sedikit sabar
dan menerima penjelasan Hyoyeon, pasti saat ini Hyo masih bersama kita.” Tutur
Luhan dengan pandangan jauh kelangit. Sehun sedikit melirik Luhan yang masih
diam tak bergeming dari tempatnya berdiri.
“Kenapa Hyoyeon
menyelamatkanku waktu itu? Dan kenapa kau tak menghentikan Hyoyeon untuk
menyelamatkan ku saat itu?” Tanya Luhan berbalik menghadap Sehun.
Angin kembali berhembus
sedikit kencang. Suasana menjadi hening sebelum Sehun menjawab.
“Hyoyeon pernah
mengalami kecelakaan sehingga dia mengalami buta dan kedua orang taunya
meninggal. Saat itu dia berumur sembilan tahun. Hyo merasakan menjadi orang
buta selama empat tahun hingga akhir nya dia mendapatkan donor mata. Tak disangka
dari mata yang didapatnya, Hyo bisa
melihat hal-hal yang tak masuk akal untuk orang normal. Hyoyeon bisa membaca
pikiran orang dan melihat hal yang akan terjadi kedepannya terhadap orang
tersebut..” Luhan sempat berpikir sebentar dengan perkataan Sehun. Dia melihat
Sehun dengan seksama dan mencoba untuk selalu memperhatikan kata-kata Sehun
agar tidak ada satu pun yang terlewatkan
“ ..Kemampuan Hyo
membuat nya dijauhi oleh teman-teman nya karena mereka takut Hyoyeon bisa membaca
dan melihat segala tentang mereka. Sampai akhirnya Hyoyeon menemukan diriku
sebagai sahabatnya. Bukan. Akulah yang menemukan Hyoyeon sebagai sahabatku. Dia
wanita yang ceria. Aku bersukur bisa bertemu dengan Hyoyeon. Sampai akhirnya
kau mengenalnya dan dekat dangan Hyo. Melihat kalian menjadi dekat, aku merasa
cemburu. Kupikir aku hanya merasa kau telah merebut Hyoyeon sebagai sahabatku,
tapi aku mulai menyadarinya. Aku menyukai Hyoyeon lebih dari sahabat..”
Mendengar Sehun mengatakan kalau dia menyukai Hyoyeon, Luhan sedikit melihat
tajam kearah Sehun. Sehun hanya meliriknya lalu kembali melihat dua bunga lily
yang ada didepan pusara.
“Waktu aku dan
Hyoyeon bertemu denganmu, saat itu kau melihat kami sedang berpelukan. Kau berpikir
aku dan Hyoyeon sedang berselingkuh lalu kau tanpa berpikir untuk bersabar
sejenak sudah meninggalkan Hyoyeon setelah kau membentaknya didepan banyak
orang. Hyoyeon memelukku karena dia berusaha untuk menenangkanku karena aku
bertengkar dengan ibuku hari itu. Hari itu juga adalah hari orangtua Hyoyeon
meninggal, tapi kau malah meninggalkannya. Kau tak tau kan tentang hal itu?”
tanya Sehun tersenyum sinis melirik Luhan yang hanya memasang ekspresi kaget
sekaligus menyesal.
“Lagi pula Hyo juga
tak akan memberitahumu.” Ucap Sehun
“Bagaimana bisa kau
tau kalau Hyoyeon tak akan bercerita tentang hal itu padaku? Dan, kenapa
Hyoyeon tak mau untuk menceritakannya padaku?” Tanya Luhan dengan pandangan
kosong.
“Karena Hyoyeon tak
ingin ada orang yang tau kisah sedih nya. Apalagi itu dirimu orang yang
dicintai Hyoyeon.” Jawab Sehun tersenyum getir. Luhan hanya diam menunggu Sehun
melanjutkan ceritanya.
“Waktu kau
meninggalkannya, awalnya Hyoyeon hanya diam dan memandangmu pergi sampai tak
terlihat kau pergi kemana. Sebenarnya aku ingin mejelaskannya padamu tapi
Hyoyeon menahanku dan membiarkanmu memakinya. Hingga akhirnya Hyoyeon lari
mengejarmu mencoba untuk menemukanmu.”
“Mengejarku?”
“Ya, dia mengejarmu
sampai akhirnya Hyoyeon menemukanmu. Kau hampir tertabrak mobil waktu itu
sehingga Hyoyeon berlari untuk menyelamatkanmu. Aku tak bisa menyelamatkan
Hyoyeon karena aku terlambat datang saat itu.” Air mata Sehun jatuh perlahan.
Luhan yang melihat Sehun menangis hanya bisa diam merutuki dirinya sendiri.
“Tapi, bagaimana
Hyoyeon bisa menyelamatkanku waktu itu? Bukankah aku sudah meninggalkannya
jauh?” Tanya Luhan seperti tak percaya dengan segala yang terjadi.
“Hyoyeon pasti sudah
tau kalau kau akan mengalami kecelakaan saat itu, maka dari itu Hyoyeon berlari
menyusulmu untuk menyelamatkanmu. Tapi takdir berkata lain, Hyoyeon yang
menggantikanmu untuk menjadi korban kecelakaan itu. Tuhan benar-benar tak adil.”
Sehun menghembuskan napas berat mencoba mengatur emosinya. Luhan mengacak-acak
rambut nya lalu duduk bersimpuh dan menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Tubuh
Luhan bergetar menandakan bahwa dia sedang menangis. Keheningan pun tercipta
sejenak. Angin berhembus tenang membuat daun bergesekan.
Tiba-tiba Sehun
melemparkan pelan buku didepan Luhan. Luhan hanya memandangnya sendu. Dilihat dari
sampul buku itu sudah jelas kalau itu adalah diary milik Hyoyeon.
“Sampai jumpa.” Ucap Sehun
hendak meninggalkan Luhan. Baru saja beberapa langkah menjauhi Luhan yang masih
memandang diary Hyoyeon, Sehun mendengar sesuatu.
“Terima kasih.” Kata Luhan
pelan menjawab Sehun. Sejenak Sehun berhenti lalu dia kembali berjalan menuruni
bukit.
Luhan membuka dengan
hati-hati diary milik Hyoyeon takut akan merusak diary milik orang yang sangat
dicintainya. Halaman demi halaman Luhan membaca dengan seksama. Luhan juga
sesekali tersenyum membaca isi diary Hyoyeon.
“Bagaimana aku bisa
tak mengetahui semua ini. Mengaku mencintainya tetapi aku tak mengetahui semua
derita yang Hyoyeon rasa. Aku benar-benar bodoh. Kau sangat bodoh Luhan.” Rintih
Luhan menyesal karena tak mengetahui hal yang disembunyikan Hyoyeon. Hingga
akhirnya Luhan membuka dan membaca isi diary di halaman kesekian.
13 April 2014
Kata orang senja
itu sangat bagus saat kita melihatnya dipantai. Dan hari ini, aku melihatnya
bersama orang yang sangat kucintai. Luhan. Aku pergi kepantai bersamanya untuk
melihat matahari terbenam. Saat itu aku bermain air dibibir pantai hingga Luhan
memanggilku. Kau tau, Luhan mengatakan kalau dia mencintaiku. Seketika itu juga
aku menangis mendengarnya. Kulihat dia khawatir melihatku sedang menangis.
Melihat Luhan khawatir padaku menjadikanku ingin menangis lebih keras. Dia
bertanya apakah aku sakit atau aku ada masalah. Aku sangat senang mengetahui
kalau dia benar-benar mencintaiku hingga dia mengkhawatirkanku. Sebenarnya saat
itu aku berbohong padanya kalau aku baik-baik saja. Aku tak baik-baik saja. Saat
itu aku melihat Luhan seperti jauh dariku padahal dia dekat hingga memelukku
saat itu. Aku menyadarinya. Aku dan Luhan tak ditakdirkan bersama. Kalau kita
mempertahankan hubungan ini maka akan ada yang pergi. Maka dari itu aku
menangis, karena aku mengetahui kalau aku dan Luhan tak akan bisa lama
mempertahankan hubungan ini.
Luhan memelukku
sangat erat saat itu. Ingin aku memeluknya kembali, tapi aku takut jika aku
memeluknya dia akn melepas pelukan itu lalu pergi. Aku menahan diriku untuk
tidak memeluknya, berusaha untuk belajar melepaskannya. Hingga akhirnya Luhan
menciumku. Itu adalah ciumanku yang pertama dan terakhirku dengan nya karena
aku tau bahwa Luhan pasti akan pergi dariku tak lama lagi. Air mataku kembali
turun saat aku berciuman dengan Luhan saat itu. Aku tek ingin berpisah denganmu
Lu. Aku ingin bersamamu. Tapi aku juga tak memiliki kekuatan untuk mengubah
takdir kita untuk berpisah Lu. Aku bahagia bersamamu meski hanya sejenak Luhan.
Terima kasih karena kau mencintaiku. Aku mencintaimu Luhan.
Air mata Luhan tak
henti-hentinya mengalir membasahi wajahnya. Dia menutup diary Hyoyeon lalu
memeluknya erat-erat. Luhan berteriak sekencang-kencangnya melepaskan emosi
dihatinya. Dia menangis tersedu-sedu sambil memanggil-manggil nama Hyoyeon.
“Aku mencintaimu Hyo.
Kumohon kembalilah bersamaku. Maafkan aku Hyoyeon-ah.” Ucap Luhan masih dengan
tangisannya.
Angin berhembus
menerbangkan daun yang jatuh pergi jauh dari pohonnya. Tiba-tiba hujan datang. Bunga
lily putih yang ada didepan pusara itu pun basah. Kini hujan rela menemani tangisan
Luhan.
The End
Thank You so much for you...
Maaf ya kalu jelek, ini aja aku juga masih proses belajar. Yaa do'a in aja aku lama-lama lancar buat cerita and nggak bosenin ceritanya.
Sekali lagi Thank You...
Oh iya, itu aku buat cover nya dua. Nggak tau sih kenapa buat dua, cuma lagi pengen aja.. hihi..
Bye Bye.. Love You..